Sabtu, 09 Januari 2010

Haki, Pemahaman yang harus ditingkatkan


Kota, Bernas Pemahaman terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) perlu ditingkatkan, karena masih banyak peneliti yang belum paham mengenai hak-hak intelektualnya. Perguruan tinggi punya kewajiban moral untuk melindungi para penelitinya.
Demikian pendapat Wuryadi dari Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtu (9/12), dalam makalahnya berjudul "Kebijakan dan Etika Penelitian Ilmiah di Perguruan Tinggi" yang disampaikan dalam suatu diskusi di auditorium FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
"Pembajakan dan plagiat yang sempat mencuat dalam penelitian di lingkungan perguruan tinggi, disebabkan lemahnya kesadaran dan etika penelitian pada kekayaan intelektual. Selain itu juga disebabkan pengakuan atas HAKI yang belum membudaya," papar Wuryadi.
"Namun, budaya tradisional orang Indonesia yang tidak mau memamerkan kelebihan yang dimilikinya secara terbuka dalam kepemilikan intelektual dan keengganan mendaftarkan karya ciptanya dalam Undang-undang HAKI, menyebabkan etika penelitian tidak berjalan semestinya," lanjutnya.
Padahal, keengganan untuk mendaftarkan suatu karya cipta dalam HAKI banyak sekali menimbulkan kerugian. "Salah satunya adalah bila hasil dari suatu penelitian diakui oleh orang lain yang bukan haknya. Jika ada orang yang menjiplak karya penelitian tersebut lalu mendaftarkan diri untuk memperoleh HAKI, maka peneliti yang asli malah kehilangan haknya," tutur Wuryadi.
Ditambahkan, kebanyakan korban penyalahgunaan etika penelitian adalah pihak yang lemah, yaitu peneliti-peneliti yang tidak paham akan hak-hak intelektualnya. "Di sinilah perguruan tinggi berperan untuk menjalankan kewajiban moralnya dengan melindungi para peneliti tersebut, dan mengembangkan kesadaran mereka akan hak yang dimiliki atas penelitian yang telah dilakukan," lanjut Wuryadi.
Sementara itu, staf pengajar Fakultas Teknik UGM Dr Ir Widi Setiawan berpendapat, salah satu kendala yang dihadapi para lulusan peguruan tinggi baik negeri maupun swasta untuk bersaing di bursa kerja, adalah lemahnya kemampuan para sarjana dalam melakukan penelitian. Semestinya, kata Widi, skripsi yang menjadi tugas akhir bagi para mahasiswa bisa dijadikan sebagai posisi tawar untuk mendapatkan pekerjaan.
"Sehingga dalam hal ini, para mahasiswa dalam menyusun tugas akhirnya harus betul-betul yang baru dan aplikatif. Hasil penelitian yang market driven ini nantinya akan bisa membantu untuk masuk ke dunia kerja," kata Widi Setiawan dalam seminar "Menggagas Proyek Penelitian Berorientasi Dunia Akademis dan Industri" di UNY pada hari yang sama. (M2/msa)

0 komentar: